Pada tahun
1997, sekumpulan Ilmuwan pakar saraf dari Universitas California di San Diego
yang diketuai oleh Dr. Vilayanur Ramachandaran telah berhasil menemukan satu
saraf kecil di dalam otak manusia yang mampu merespon terhadap aspek agama dan
ketuhanan.
Saraf
tersebut akan menjadi lebih utuh sekiranya dirangsang untuk terus mengingati
Tuhan. Penyelidikan ini dikenali sebagai ‘God Spot’ atau ‘God Module’. Tidak
dinafikan bahawa dunia melihat penemuan ini sebagai sesuatu yang menakjubkan.
Terbukti Tuhan
telah menciptakan manusia dengan kemampuan fisikal (saraf) untuk kita sentiasa
ingat dan tunduk pada-Nya. Bahkan di dalam kitab suci Al-Quran sendiri, Allah
SWT pernah berfirman :
“Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahawa Al-Quran itu
adalah benar ”
(QS Fussilat : 53)
(QS Fussilat : 53)
Untuk
mendapatkan kupasan lebih lanjut berkenaan `God Spot’ ini, Majalah i telah
menemui pakar penggambaran diagnostik dari Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah,
Klang, Dr. Suraiya Ibrahim.
Merujuk
kepada penyelidikan Dr. V Ramachandran itu, Dr. Suraiya menjelaskan bahawa
bidang sains ‘neurotheology’ merupakan satu perkembangan yang masih baru.
Antara lain bidang ini mempelajari tentang neurobiologi. saraf manusia yang
bertindak balas dengan aspek keagamaan, mengenal pasti saraf spiritual otak
dan juga untuk menerangkan bagaimana ritual agama memberi kesan kepada perilaku
manusia. Sebelum. itu marilah kita mengenal pasti fungsi otak terlebih dahulu.
Otak adalah
organ paling kompleks yang ada di dalam tubuh manusia. Otak dianugerahkan oleh
Tuhan dengan tujuan untuk membezakan manusia dengan haiwan dan
ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain. Di dalam otak manusia, terdapat lebih dari
100 milyar neuron (saraf sel). Manakala trilion saraf lagi menghubungkan serat
yang disebut sinapses. Otak manusia mampu menyimpan 100 ribu fakta dalam suatu
masa dan berjutajuta fakta sepanjang hayatnya.
Kaedah
Kajian “God Spot”
Sebelum
kajian ini dijalankan, para penderita epileps (temporal lobe epilepsy)
melaporkan bahawa mereka begitu kuat mengingati Tuhan stelah serangan kejang
terjadi. Mereka mengaku bahwa mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan dan seolah
olah mendapat petunjuk saat mereka berada dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Situasi tersebut telah menarik minat peneliti sampai membawa kepada penelitian
tentang ‘God Spot’.
Penelitian
ini telah melibatkan dua kelompok manusia sebagai tujuan perbandingan
penelitian. Kelompok pertama merupakan pasien kejang dan yang kedua adalah
golongan yang beragama misalnya pendeta, biarawati, sami Budda dan termasuk
alim ulama dari agama Islam. Penelitian dilakukan dengan metode teknis mereka
yaitu EEG, fMRI dan PET Scan.
Saat sedang
diuji, reaksi otak mereka telah dicatat. Para testimoni ini telah ditampilkan
serangkaian kata yang merujuk kepada agama dan ketuhanan sepanjang penelitian.
Hasilnya, para pasien epilepsi dan kelompok agama yang menunjukkan reaksi saraf
yang sama sebaik mereka memikirkan tentang Tuhan dan kepercayaan. Dengan kata
lain, ‘God Spot’ bertindak sama seperti antena yang memandu kita untuk berpikir
tentang ketuhanan.
Hasil kajian
akhirnya mendapati tidak kiralah sama ada seseorang itu percaya kepada agama
maupun tidak, ia sebenarnya bergantung kepada sejauh mana saraf ini digunakan
dan dikembangkan.
Dengan itu,
ketika manusia melangkahkan kaki ke tempat ibadah yang suci apakah masjid atau
gereja, perasaan ingin menghambakan diri dan ingin menjunjung Tuhan selalu
mengisi hati mereka. Beberapa ilmuwan mengatakan itulah tindakan ‘God Spot,
atau pusat spiritual yang terkandung di dalam otak manusia.
Tuhan
meletakkan saraf ‘God Spot’ di dalam otak manusia kerana itu adalah pilihan-Nya
sebagai salah satu cara untuk Dia berhubungan dengan hamba-Nya. Dan kita
sebagai hamba boleh memperkembangkan lagi saraf ini jika kita mau lebih
mengenali dan memahami tentang kekuasaan Tuhan.
Memetik
inspirasi daripada ayat AlQuran, Dr-Suraiya menjelaskan bahawa ‘God Spot’ haruslah
diperkembangkan dengan sempurna bagi mereka yang mencintai agama. Manakala
bagi mereka yang tidak mau mengembangkan fungsi saraf ‘God Spot’ ini, mereka
akan dikatakan sebagai TUli, bodoh dan buta ‘Summun Bukmunn Ummyunn’.
Allah swt
berfirman:
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Surah Al A’raf ayat 172)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar